Minggu, 08 Mei 2011

Praktikum Bioper Belut Sawah


Belut (Monopterus albus)
Klasifikasi belut sawah :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Actinopterygii
Order               : Synbranchiformes
Family             : Synbranchidae
Genus              : Monopterus
Species            : Monopterus albus

Belut sawah, moa, atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota suku Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi.
Belut adalah predator ganas di lingkungan rawa dan sawah. Makanannya ikan kecil, cacing, krustasea. Ia aktif di malam hari. Hewan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air, asalkan lingkungannya tetap basah. Hewan ini mampu menyerap oksigen bahkan lewat kulitnya. Kebiasaaannya adalah bersarang di dalam lubang berlumpur dan menunggu mangsa yang lewat. Walaupun berasal dari daerah tropis, belut sawah diketahui dapat bertahan pada musim dingin dengan suhu sangat rendah. Kombinasi sifat-sifat yang dimiliki belut membuatnya menjadi hewan yang dianggap berbahaya bagi lingkungan yang bukan habitatnya.
Ukuran maksimum adalah 1m. Tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang memanjang. Bentuk tubuhnya menyerupai tabung dengan tubuh licin, tanpa sisik. Warna bervariasi, namun biasanya kecoklatan hingga kelabu.
Hewan betina bersarang di lubang, dan meletakkan telur-telurnya pada busa-busa di air yang dangkal. Jika telur menetas, keluarlah belut muda yang semuanya betina. Dalam perkembangannya, beberapa ekor akan menjadi jantan, sehingga belut digolongkan hewan protogini.
Belut sawah berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara barat. Belut bahkan sekarang dilaporkan telah menghuni rawa-rawa di Hawaii, Florida, dan Georgia di Amerika Serikat dan dianggap sebagai hewan invasif.

Rasio Panjang dan Berat Belut
          Panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan penjang dengan berat seperti hukum kubik, yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan dan udang berbeda-beda. Rumus menentukan berat ikan:
W= a.Lb , dengan W=berat ikan, L=panjang ikan, a&b=konstanta.
Rumus umum tersebut bila ditransformasikan ke dalam logaritma, maka kita akan mendapatkan persamaan sebagai berikut: log W = log a + b log L, yaitu persamaan linier atau persamaan garis lurus. Harga konstanta n ialah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut Carlander (1969) dan Effendie (1997) harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2-4,0. Namun, biasanya harga konstanta n berkisar dari 2,4-3,5. Bilamana harga konstanta n sama dengan 3,0 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya yaitu pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya, yang disebut isometrik. Apabila harga konstanta n lebih besar atau lebih kecil dari 3,0 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga konstanta n yang kurang dari 3,0 menunjukkan keadaan ikan yang kurus yaitu pertumbuhan panjangnya lebih cepat dari pertumbuhan beratnya, sedangkan harga konstanta n lebih besar dari 3,0 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.

Indeks Kematangan Gonad
       Cara menentukan tingkat kematangan gonad dengan metode kuantitatif atau pengukuran. IKG ditentukan dengan membandingkan berat gonad dengan berat tubuh yang dinyatakan dengan persen. Rumusnya:

IKG= (berat gonad:berat tubuh) x 100%

         Nilai IKG akan semakin meningkat saat iakn siap memijah. Nilai IKG ikan betina lebih besar dibandingkan nilai IKG ikan jantan. Nilai IKG dapat dibandingkan dengan TKG, misalnya membandingkan nilai IKG pada berbagai TKG.

Tingkat Kematangan Gonad
       Tingkat kematangan gonad atau TKG adalah cara menentukan kematangan gonad berdasarkan morfologi gonad. Cara ini banyak diapakai peneliti dibandingkan metode histologi. Praktikum kali ini menggunakan TKG khusus ikan hermaprodit protogini:
  1. Kelas 1; ovary tidak matang, didapatkan oocyt tingkat 1 dan 2. bila tidak terdapat jaringan yang mengkerut menunjukan belum pernah terjadi pemijahan.
  2. Kelas 2; betina dengan ovary matang beristirahat, terdapat oocyt tingkat 1, 2, dan 3. mungkin terdapat jaringan mengkerut sisa pemijahan dulu.
  3. Kelas 3; betina matang aktif, kebanyakan oocyt tingkat 3 dan 4. secara morfologi ovary berkembang mudah dikenal.
  4. Kelas 4; betina pasca pemijahan, kelas ini susah didapatkan.
  5. Kelas 5; transisi, sukar dikenal. Dari luar, gonad terlihat mengkerut dan di dalamnya kosong. Jaringan mengkerut banyak didapatkan di bagian tengah.
  6. Kelas 6; testes tidak matang, hampir sama dengan kelas sebelumnya, banyak didapatkan kerutan.
  7. Kelas 7; testes menuju masak, didapatkan kelompok kantung spermatogonia, spermatocyt 1 dan 2.
  8. Kelas 8; testes masak, banyak spermatocyt 1 dan 2. didapatkan pula sperma di dalam kantung.
  9. Kelas 9; testes masak sekali. Banyak didapatkan spermatozoa di dalam kantung.  Spermatocyt tingkat awal sangat jarang.
  10. Kelas 10; testes pasca pemijahan. Kantung sperma umumnya kosong.
 
Fekunditas
Fekunditas merupakan salahsatu aspek yang penting dalam biologi perikanan. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah ikan yang akan dihasilkan. Hal ini akan berhubungan dengan masalah populasi, produksi maupun restocking.
Fekunditas memiliki banyak arti di kalangan ahli. Ada yang berpndapat fekunditas adalah jumlah telur yang akan dikeluarkan pada satu kali pemijahan. Atau jumlah telur yang dierami seperti pada ikan mujair, dan juga pengertian lainnya. Dalam praktikum kali ini, praktikan menggunakan pengertian fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan saat pemijahan.

Food and Feeding Habits
         Food habits memiliki arti yang berbeda dengan feeding habits., karena keduanya sering disamakan dalam hal defiisi. Food habits mencakup kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan sementara feding habits mencakup cara ikan dalam mendapatkan makanan. Kebiasaan makan dan cara memakan ikan itu secara alami bergantung kepada lingkungan itu hidup.
Ikan dibagi menjadi tida macam berdasarkan jeni makanannya, yaitu:
  1. Omnivora: ikan pemakan tumbuhan dan daging, biasanya memiliki usus yang tidak terlalu panjang dan dinding usus tidak terlalu tebal.
  2. Karnivora: ikan pemakan daging, biasanya memiliki usus yang pendek dan dindingnya yang tebal.
  3. Herbivora: ikan pemakan tumbuhan, biasanya memiliki usus yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya serta dinding ususnya sangat halus dan basah.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar